Selasa, 19 Agustus 2014

Urgensi Hubungan Ekonomi antar Bangsa Serumpun

Oleh : Rozy Ahimsyah Pratama

       Negara di dunia tanpa basis ekonomi yang stabil & mendominasi hanyalah sebatas tataran wilayah yang dijadikan tempat untuk bermukim oleh penduduk. Ekonomi adalah sebagai instrumen motor penggerak roda kegiatan yang dilakukan negara dan penduduknya. Dan perekonomian secara makro adalah menjadi tolok ukur akan kesejahteraan negara serta menjadi dasar akan semua aspek-aspek kehidupan (politik, sosial, budaya, dst) yang akan terbentuk dan dibentuk oleh para subjek negara. Dalam konteks Indonesia, ekonomi merupakan tonggak utama dalam menjaga keselarasan dan kesejahteraan kepada rakyatnya, Kini ekonomi Indonesia berjalan stabil dengan pertumbuhannya sebesar 4-6% setiap tahun. Tentulah para pelaku ekonomi tak boleh puas dengan keadaan ini karena keadaan seperti ini masih dapat untuk dioptimalkan serta masih banyak isu-isu ekonomi baik regional bahkan internasional yang harus diselesaikan.

     Keadaan perekonomian Indonesia saat ini tak lepas dari peran luar negeri yang sanggup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menutupi faktor-faktor produksi yang kurang di Indonesia, baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun swasta. Layaknya negara yang tidak pernah lepas dari ketergantungan negara lain, memang negara seperti Indonesia menaruhkan sebagian kebutuhannya pada negara – negara tetangga. Di era globalisasi dimana satu negara sulit untuk hidup mandiri maka hubungan ekonomi yang demikian haruslah terus bertahan selama kedua pihak masih merasakan benefit dari transaksi yang dilakukan. Di tataran wilayah bangsa-bangsa Melayu, kerja sama internasional dalam konteks ekonomi semacam ini telah berlangsung cukup lama. Hal ini dapat terepresentasikan pada; hubungan ekspor-impor migas Indonesia-Singapura, hubungan penanaman modal (investasi) pertanian dan tenaga kerja Indonesia-Malaysia, dst. Karena beberapa faktor-faktor seperti inilah yang menjadikan pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil tumbuh. Meskipun hal seperti ini terus berjalan kontinu, namun keadaan fluktuatif cenderung negatif daripada impact yang diperoleh masih sering terjadi dan dirasakan negara bersangkutan.

   Jaringan ekonomi yang sudah tercipta antar negara-negara serumpun harus dipertahankan dan dioptimalkan agar spot-spot kekurangan yang dialami negara satu dapat ditutupi dengan ketersediaan kelebihan di negara lainnya, akan tetapi fenomena permasalahan deru kerap kali dirasakan antar negara-negara tersebut, akibatnya sering terdengar situasi-situasi panas pada hubungan negara tetangga tersebut. Walaupun dalam keadaan perang sekalipun hubungan ekonomi masih dapat berlangsung namun dinamika seperti inilah yang sebenarnya tak harus ada dalam hubungan antar negara, keadaan semacam ini biasanya hanya berlandaskan ego masing-masing negara. Seharusnya penduduk harus melek terhadap dampak ekonomi yang akan timbul dari setiap situasi yang dihasilkan dari keadan seperti ini yang cenderung berakibat pada disintegrasi.

     Terlepas dari permasalahan yang ada, penulis ingin memfokuskan pada pemberdayaan hubungan yang sudah tercipta saat ini dan melakukan proyeksi terbaik terhadap hal-hal yang sebainya dilakukan dimasa akan datang. Seperti yang kita tahu bahwasanya urgensi dari hubungan antar negara apalagi negara tetangga sangatlah vital, terutama bila ada hubungan diplomatik dan bilateral dalam hal ini adalah hubungan ekonomi. Menjadi lebih penting lagi kala satu negara tersebut memiliki ketergantungan terhadap negara lain, misalnya impor bahan pangan / bahan produksi dari negara lain. Kita ketahui bahwa selama potensi sumber daya alam di tiap negara berbeda maka selama itulah hubungan ekonomi memiliki peran sangat inti dan diperlukan. Berangkat dari hal inilah menjadi pentingnya hubungan antar negara, dalam hal ini kita fokuskan pada konteks kenusantaraan. Meningkatkan daya relasi yang bersifat harmonis dan saling memberikan manfaat merupakan hilir yang akan dituju oleh semua bangsa di nusantara, maka dengan tujuan ini negara harus membuat strategi dan grand desain untuk bagaimana cara mencapai hal itu. Contohnya adalah seperti yang kita ketahui juga ASEAN Community yang sebagian besar anggotanya adalah negara-negara melayu (nusantara) akan diberlakukan pada akhir tahun 2015. Kesempatan semacam ini merupakan salah satu cara ataupun strategi untuk kita untuk lebih memperkuat hubungan antar bangsa dan juga hal ini harus dijadikan peluang pengoptimalan daripada hal-hal yang bersifat ekonomis dua atau lebih negara. Penulis juga menawarkan intrumen lain untuk mempererat relasi bangsa di tataran nusantara ini, yakni revisi dan penegasan regulasi tiap negara. Ada hal-hal yang harus disempurnakan pada regulasi yang ada, memfokuskan pada regulasi yang selama ini dirasa membelenggu negara satu dan yang lain, maka dari itu hubungan yang lemah dan rengganglah yang menjadi akibat. Dengan tindakan semacam ini seharusnya dapat membuka celah lebih besar lagi terhadap akses atau jaringan antar bangsa dan memberikan proyeksi positif, tidak hanya dalam konteks ekonomi namun bisa lebih komprehensif. 

       Pada dewasa kini kita seharusnya sadar akan posisi inti hubungan antar bangsa terutama bangsa-bangsa di nusantara. Sadar akan betapa pentingnya hubungan yang terjalin bagi negara bersangkutan terutama hubungan pada bidang ekonomi. Hubungan ekonomi negara dapat menjadi alat konsolidasi negara bersangkutan untuk bekerja sama pada bidang-bidang yang lain seperti politik, budaya, teknologi, dst. Berkenaan dengan itu artinya, peran pada sektor luar negeri yang vital ada pada hubungan dan jaringan ekonomi bangsa satu sama lain. Belum lagi ditambah benefit yang akan diterima dari hubungan tersebut, maka dari itu sebagai penduduk yang berdomisili di wilayah Indonesia yang notabennya adalah negara yang berkembang dan butuh negara lain harus memahami secara arif dan mendukung strategi yang yang akan dilakukan seperti beberapa cara yang telah diuraikan diatas, utamanya lagi para pemuda yang sebagai kawah candradimuka ataupun motor dari berbagai elemen masyarakat guna mempererat jaringan ekonomi terhadap bangsa lain terutama bangsa ditataran nusantara.

***

















6 komentar:

  1. Mantep... tambahi gambar buat pemanis posting :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe. siap kak. Tadi dak ado bahan utk gambarnyo :)

      Hapus
  2. strategi outward looking, sama seperti yg pernah saya diskusikan di kelas pak Pak Ariodilah. Pada dasarnya saya sependapat dengan opini saudara, namun yg perlu kita ingat bahwa pada era tataran dalam satu dekade terakhir ini terjadi peralihan konsentrasi dunia terutama para negara-negara adidaya ke kawasan Asia Pasifik. Para negara adidaya tersebut, terutama Amerika dan China terus berlomba dalam meningkatkan pengaruhnya, terlebih seperti yang kita ketahui tensi isu konflik laut cina selatan kapan saja bisa meletus. Intervensi negara di luar ASEAN sangatlah rentan terjadi. Dinamika kawasan regional seperti inilah yg harus terus kita cermati dan waspadai. Di samping itu, kita harus terus mendorong pemerintah untuk melakukan politik luar negeri bebas aktif dan dapat "bermain cantik" dalam memanfaatkan momentum ini.

    Untuk AEC pada tahun 2015 nanti, banyak tantangan-tantangan yg harus dihadapi dan diselesaikan Indonesia jika memang ingin benar-benar mendapatkan manfaat dalam kebijakan liberalisasi ini. Berhubung tahun 2015 sudah dekat, menurut saya strategi jangka pendek dan hal yg paling urgensi yg harus dilakukan adalah memperluas akses kredit bagi masyarakat dan pengusaha demi meningkatkan kualitas mutu produk dan berorientasi daya saing ekspor serta meningkatkan kepercayaan masyarakat (konsumen) terhadap produk dalam negeri. Untuk jangka panjang, pembangunan SDM dan infrastruktur kita yang masih tertinggal jauh dari negara tetangga harus terus dikembangkan dan dilanjutkan yg telah ada agar terjadi sinergi kontinuitas peningkatan dari waktu ke waktu. Adanya sinergitas antar pemerintah dan swasta dalam meningkatkan industri dari hulu sampai hilir serta peningkatan dalam bidang-bidang keunggulan komparatif yg dimiliki oleh Indonesia harus terus dimasifkan dan diselaraskan. Hal-hal itu merupakan masalah-masalah substansi paling pokok yg harus diselesaikan jika Indonesia tidak ingin jadi penonton dan kembali dipecundangi oleh negara-negara serumpun.

    BalasHapus
  3. ngomong-ngomong, saya apresiasi tulisanmu Ji.. layak dimasukkan ke media cetak.. lanjutkan bung.

    BalasHapus